KOMPAS.com - Kenapa Anda kecewa? Jawabannya bisa macam-
macam. Namun, pada umumnya, orang kecewa karena mendapati kenyataan
atau realitas yang tidak sesuai dengan harapan. Setelah kecewa, apa
reaksi Anda?
Untuk memilih reaksi saat kecewa, umumnya orang
lebih berhati-hati. Salah memberi reaksi bisa melipatgandakan
kekecewaan. Ketika kekecewaan berlipat ganda, beban justru bertambah,
bukan berkurang. Karena itu, para psikolog menyarankan agar energi
positif atau emosi positif tetap dipelihara saat kecewa, bukan
sebaliknya.
Namun, di tengah berlimpahnya realitas di sekitar
kita yang tidak sesuai dengan harapan, bagaimana kita bisa mengelola
kecewa? Jawabannya tidak mudah meskipun bisa dilakukan juga. Contohnya
nyata, ada di dalam ingatan kolektif kita.
Untuk Anda yang lupa,
ini kisahnya. Tempatnya di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Kejadiannya, Minggu, 12 Februari 2006. Memang, sudah tujuh tahun
kejadiannya. Namun, tokoh yang ada dalam peristiwa ini dekat dengan kita
hingga hari-hari ini. Dia adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Tidak
banyak yang berbeda kondisi tujuh tahun lalu dengan kondisi hari-hari
ini. Seperti tujuh tahun lalu, SBY saat ini masih menjadi Presiden
Republik Indonesia. Bedanya hanya nomor polisi sedan antipeluru yang
ditumpangi. Saat ini, SBY menggunakan sedan kepresidenan dengan nomor
polisi RI 1. Tujuh tahun lalu, nomor polisinya B 1. Saat ini, B 1
diperuntukkan bagi kendaraan dinas Gubernur DKI Jakarta.
Tujuh
tahun lalu, di ruas Jalan Tol Jagorawi menuju Bogor, Kilometer 30.100,
sedan yang ditumpangi SBY dan Ny Ani Yudhoyono terhenti karena macet
parah. Raungan sirene mobil polisi dan enam motor besar pengawal yang
berjalan zig-zag tak sanggup menembus macet yang sudah terjadi sejak dua
jam sebelumnya. Karena sia-sia dan menambah berpeluang kejengkelan,
sirene dimatikan.
Panas terik pukul 14.15 dan sorotan ratusan
mata pengguna jalan membuat SBY membuka kaca, disusul Ny Ani yang duduk
di samping kirinya. Meskipun dahi penuh peluh, SBY tetap menebar senyum
saat melambaikan tangan kepada pengendara yang sama-sama terjebak macet.
Tak satu pun kendaraan roda empat bisa bergerak bebas sampai Kilometer
33, gerbang Sirkuit Sentul. Di Sirkuit Sentul, pukul 15.00, SBY harus
membuka salah satu sesi balapan A1.
Masih dengan senyum yang
ditebar, SBY keluar dari sedan. Dengan membonceng motor besar
pengawalnya, SBY menembus macet menuju Sirkuit Sentul. Beberapa menit
sebelum balapan dimulai, SBY tiba di sirkuit. Tepuk tangan membahana
semua orang yang memadati sirkuit didapat. Senyum SBY lantas lebih
mengembang.
Namun, itu tujuh tahun lalu. Saat itu, apa yang didapat Joko Widodo hari-hari ini dinikmati SBY. "Media darling" namanya.
Kini,
meskipun jabatan Presiden masih disandang dan akan diakhiri, persoalan
bukannya berkurang. Posisi SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pasti
menambah soal. Terlebih realitas yang ditatap tidak sesuai harapan.
Hasil survei sejumlah lembaga yang kerap dianggap sebagai realitas sudah
menunjukkan. (Wisnu Nugroho)
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar